About me

Foto saya
BSD City, Tangerang, Indonesia
Let's make a better Life...

16 September 2010

Jalan Kaki Jinakan 9 Jenis Penyakit

Jalan Kaki Jinakan 9 Jenis Penyakit !
STUDI dalam beberapa tahun terakhir semakin mengukuhkan bahwa berjalan
tergopoh-gopoh dan bukan jalan santai memang memberi banyak manfaat bagi
kesehatan kita. Inilah sembilan manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas
jalan kaki.

(1) Serangan Jantung.
Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu otot
jantung
membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang
memberinya
makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti.
Untuk
itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar.
Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner
jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan
otot
jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.
Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih
menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh
yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan
berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah
cenderung
menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat
gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.
Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons
penyerap
kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki
tergopoh-gopoh.
Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain
dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu
menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.
(2). Stroke.
Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-gopoh terhadap stroke pengaruhnya
belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi
menunjukkan
hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita
yang
lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke
zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu
perawat (Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat
melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko
mereka terserang stroke menurun duapertiga.
(3). Berat badan stabil.
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh
ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan
kaki,
kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya
metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.
(4). Menurunkan berat badan.
Ya, selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan
berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki
tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan
dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling
kurang satu jam.
(5). Mencegah kencing manis.
Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu
tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah
berkembangnya
diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk (National
Institute of Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases).
Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu
minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala.
Selama
gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk
walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki
tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.
(6). Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot
badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk metabolisme
kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya
matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk
mencegah
atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak
badan
dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar
terbebas dari ancaman osteoporosis. Mereka yang melakukan gerak badan
sejak
muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan
masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.
(7). Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok lutut
(osteoarthiris) . Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau
memilih
berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut bisa mereda.
Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu
dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi
kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri. Satu hal yang perlu
diingat
bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan keliru memilih sepatu
olahraga. Kita tahu, dengan semakin bertambahnya usia, ruang sendi
semakin
sempit, lapisan rawan sendi kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah
susut. Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga dan dilindungi
agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh beban bobot tubuh,
terlebih
pada yang gemuk.
Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal
berperan
sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap
mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari
atau
melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu mencetuskan
serangan
nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko
terkena gangguan sendi.
Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa
jadi
lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek
menentukan
kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki.
Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah
sekalipun,
bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki, akibat beban dan
goncangan yang harus dipikul oleh sendi.
(8) Depresi.
Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien
dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan
obat
antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal terbebas dari depresi
dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.
(9). Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki,
setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma).
Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga
buang
air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya
tinja
lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran
berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker
payudara.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar